2012/01/24

My Pregnancy in Japan: Persiapan Persalinan Part.1

Tidak terasa sekarang usia kandungan sudah 36 minggu, berarti insya Allah tinggal 4 minggu lagiiiii... ^_^  Segala perlengkapan buat bayi sepertinya sih sudah siap semua. Sebenernya saya malah untuk anak kedua agak bingung harus sedia apa lagi ya? Hahaha.. soalnya perasaan beberapa perlengkapan masih ada dari bekas Mye, jadi ada beberapa barang yang tidak perlu beli lagi.

32 weeks belly... in this picture it doesn't look like my belly is big, but actually is big.. hahaha...
Persiapan untuk ibu saya datang ke Jepang juga insya Allah sudah siap. Alhamdulillah untuk apply visa ke Jepang tidak sulit dan semua selesai dalam waktu yang cukup singkat. Saya juga nitip beberapa baju bekas Mye yang ada di Indonesia untuk dibawakan ke sini. Terutama sih baju2 bayi Mye yang tebal dan hangat yang dulu sempat dipakai pas di Belanda karena disini sekarang masih dingin udaranya. Hari ini bahkan turun salju tapi sayang saljunya yang tipe cepat cair jadi tidak numpuk di darat deh. :'(

Selain itu saya juga nitip beberapa baju menyusui, korset untuk pasca melahirkan, jamu habis bersalin, minyak telon, minyak kayu putih dan beberapa perlengkapan bayi lainnya yang tidak ada di Jepang. Saya membeli beberapa baju menyusui dan korset yang khusus untuk pasca melahirkan dari toko online di Indonesia. Kenapa gak beli aja di Jepang? Satu karena baju menyusui di Jepang hargenyeee aduhaaiii mahal. Mungkin bisa 2 atau 3 kali lipat daripada baju2 menyusui yang di jual di toko online Indonesia atapun di ITC. Kedua karena model baju menyusui di Indonesia menurut saya lebih bagus dan variatif juga colourful dibanding di Jepang yang cenderung monoton dengan warna2 atau motif2 yang kurang asik. Jadi kalau saya bisa dapat yang model lebih bagus dengan harga lebih murah di Indonesia dan saya bisa minta tolong bawakan, lebih baik kan? Hehehe... Lalu soal korset sih satu karena yang di Indonesia lebih murah dan modelnya lebih lebar. Lebar dalam artian bisa menutupi seluruh perut. Di Jepang juga banyak korset2 pasca melahirkan, dibandingkan dengan di Belanda yang kayanya tidak ada, paling2 di Belanda adanya korset biasa untuk yang bukan khusus pasca melahirkan. Selain itu harga korset di Jepang juga bisa 3 kali lipat lebih mahal daripada korset di Indonesia dan satu lagi adalah ukurannya kecil2!! Duh kalau buat badan saya yang gajah ini kayanya gak muat deh... Hihihi... Kalaupun muat mungkin terlalu ketat dan membuat saya tidak bisa bernapas. Hahahaha...

Sejauh ini memasuki minggu ke 36 berat badan naiknya 10 kg. Sepertinya masih batas aman. Bahkan sang bidan bilang kalau saya berhasil bisa mengendalikan diri... Hahahaha... Tapi bidan juga cukup kaget saat saya katakan saya melakukan pilates 4 kali seminggu, mungkin dia tidak pernah mendengar ada pasiennya yang segitunya berolahraga saat hamil. Hihihi... Tapi memasuki minggu ke 36 ini melakukan gerakan2 pilates sangatlah sulit. Terutama saat harus melakukan core pilates atau pilates untuk daerah perut, pinggang & punggung yang mana gerakannya lebih banyak sit up dengan bantuan bantal yang tinggi. Takut2 kalau saya malah jadi sakit pinggang, saya sekarang menghindari core pilates. Bahkan untuk tiduran biasa telentang saja saya tidak bisa lama2, rasanya tulang belakang sakit karena tertekan oleh bayi. Jadi untuk minggu terakhir ini saya hanya melakukan standing pilates, pilates for flexibility dan ditambah dengan latihan angkat beban saja untuk melatih otot lengan dan punggung agar tetap kencang. Tapi tidak lupa ditutup dengan yoga 10 menit untuk relaksasi... ^_^

Dua minggu yang lalu, pada minggu ke 33 saya melakukan check up rutin. Sejak setelah minggu ke 26, di Jepang pemeriksaan rutinnya menjadi setiap 2 minggu, berbeda dengan di Belanda biasanya dari setiap 4 minggu menjadi setiap 3 minggu. Pada minggu ke 33 dokter melakukan yang namanya test GBS (Group B Streptococcus).  Di Jepang, test ini umumnya dilakukan di minggu ke 33 atau 34, tapi kalau yang saya baca dari referensi di Amerika dilakukan pada minggu ke 35-37. Saya agak heran juga kenapa dilakukan test ini dan saya juga belum pernah dengar dan di Belanda pun tidak dilakukan test ini. Sayapun menanyakan detail tentang test ini kepada sang dokter dan ternyata sudah umum dilakukan di Jepang. Jadi GBS adalah sejenis bakteri yang biasanya menghuni saluran pencernaan, tapi bakteri ini juga bisa ada di dalam saluran vagina dan daerah sekitarnya. GBS tidaklah berbahaya bagi orang dewasa tapi bisa membahayakan bayi. Saat hamilpun, jika kita terkena GBS tidak akan membahayakan janin, tapi yang berbahaya adalah saat melahirkan karena bayi akan melalui saluran vagina. Jika saluran vagina kita terinfeksi GBS maka sang bayi kemungkinan untuk tertular. Gejala biasanya akan timbul pada minggu pertama kehidupan bayi, umumnya muncul di 24 jam pertama kehidupan bayi. Meskipun hanya terjadi pada 0.35 kasus per 1000 kelahiran hidup, infeksi GBS bisa menimbulkan penyakit seperti sepsis (infeksi pada darah), pneumonia dan meningitis (yang ini biasanya jarang). Jika bayi terkena meningitis maka dalam jangka panjangnya bayi akan mengalami kehilangan penglihatan atau pendengaran, cerebral palsy atau gangguan perkembangan lainnya, dan sekitar 5% dari penderita biasanya tidak bertahan hidup. Wow, saya sendiri kaget bisa seperti itu ya. Lalu bagaimana kalau kita terinfeksi GBS? Nah jika hasil test menunjukkan positif terkena infeksi GBS maka saat kita sedang kontraksi, atau sebelum melahirkan, maka kita akan disuntikkan antibiotik untuk mencegah penularan GBS kepada bayi. Fiuh! Ternyata ada pencegahannya. Jadi lebih baik mencegah daripada mengobati kan. :) 

Hari ini adalah hari check up ke dokter dan tidak seperti hari check up yang biasa, sebelum saya bertemu dengan dokter, saya harus bertemu dan berbincang2 panjang lebar tentang persiapan persalinan dengan bidan. Dua minggu sebelumnya, saat check up yang lalu, bidan sudah membuat janji dengan kami untuk menjelaskan tentang prosedur persalinan dan segala persiapannya. Tentu saja saya harus bertemu dengan bidan yang berbahasa inggris, jadi saya bertemu lagi dengan bidan Mariko Tagawa. Saya salut sekali dengan pelayanan Shounan Atsugi Hospital yang secara profesional melayani saya sebagai orang asing dan saya merasa jadi spesial karena ada satu bidan yang in charge melayani saya dalam bahasa inggris. Saya tidak tahu bagaimana jadinya kalau saya memilih rumah sakit lain apakah akan mendapatkan pelayanan yang sama atau mereka cuek saja saya tidak mengerti bahasa Jepang. Menjelaskan tentang prosedur persalinan dalam bahasa inggris bagi Tagawa-san bukanlah hal yang mudah. Maka itu dia harus membuat janji dengan saya 2 minggu sebelumnya karena dia harus menyiapkan segala referensi dan mempersiapkan/memilih bahasa atau kata2 yang tepat dan jelas untuk saya supaya saya dan suami saya tidak salah paham.

Jadi saat kami datang hari ini ke rumah sakit, Tagawa-san sudah siap dengan segala kertas2nya yang berisi "contekan" bahasa inggris tentang apa saja yang dia perlu tanyakan dan jelaskan kepada saya. Dia juga menyediakan kamus digital in case ada kata2 yang dia tidak bisa jelaskan. Kami dibawa ke ruang private, jadi kita bisa nyaman dan bebas untuk ngobrol. Pertama yang ditanyakan Tagawa-san adalah birth plan yang sudah saya tulis. Jadi pada awal kehamilan, kira2 saat memasuki bulan ke 3, rumah sakit memberi bundelan berupa beberapa form2 yang harus di isi, nah salah satunya adalah birth plan. Kayanya saya sudah cerita tentang bundelan ini di bagian lain My Pregnancy in Japan: Trimester Pertama. Nah kali ini Tagawa-san ingin memastikan apa yang saya inginkan. Pada birth plan saya awalnya mengatakan kalau ingin melahirkan di tempat tidur, karena di Shounan Atsugi biasanya melakukan persalinan diatas tatami. Lalu Tagawa-san menawarkan untuk melihat ruangan dengan tempat tidur dan ruangan tatami. Setelah saya lihat, ternyata ruangan tatami menarik sekali. Saya jadi "tertantang" untuk melahirkan di atas futon dan tatami. Hahaha... Walaupun ruangan bertempat tidur sepertinya lebih luas dibanding ruang tatami, tapi mungkin pengalaman melahirkan diatas futon dan tatami akan menjadi cerita yang menarik. Jadi saya mengatakan kepada Tagawa-san kalau saya mau mencoba ruang tatami, walaupun kata Tagawa-san sih kalau kita berubah pikiran lagi disaat2 terakhir kita boleh koq pindah ruangan.


TO BE CONTINUED... ^_^



No comments:

Post a Comment