2012/01/31

My Pregnancy in Japan: Persiapan Persalinan Part.2

My 36 weeks belly! :D
Setelah melihat-lihat ruangan persalinan, Tagawa-san menjelaskan tentang fasilitas lain yang ada di Shounan Atsugi Hospital. Tagawa-san mengatakan bahwa di Shounan Atsugi tidak tersedia Neonatal Intensive Care Unit (NICU) atau ICU khusus bayi, jadi jika terjadi sesuatu pada bayi yang baru lahir biasanya ditransfer ke rumah sakit lain yang terdekat. Lalu Shounan Atsugi adalah rumah sakit yang sudah terdaftar dalam The Japan Obstetric Compensation System for Cerebral Palsy, jadi kalau misalnya ada bayi yang mengalami cerebral palsy maka seluruh pengobatannya akan ditanggung oleh pemerintah Jepang. Oleh karena itu juga kita disuruh untuk mengisi formulir untuk sistem tersebut. Semoga saja nanti saya tidak akan membutuhkan NICU atau formulir cerebral palsy tersebut.

Setelah itu, kita membahas tentang persiapan dan kapan harus menelepon atau datang ke rumah sakit. Tagawa-san pertama2 menanyakan tentang riwayat persalinan saya yang pertama, misalnya seperti saat melahirkan Mye, berapa lama waktu dari awal kontraksi sampai saya melahirkan. Saya menceritakan bahwa dari kontraksi yang setiap 10 menit hingga setiap 3 menit waktu itu memakan waktu sekitar 3 jam, dan saat kontraksi setiap 3 menit itu saya sudah pembukaan 7cm, lalu dari pembukaan 7cm sampai melahirkan saya menghabiskan waktu 2,5 jam. Jadi total seluruhnya 5,5 jam. Saya juga mengatakan bahwa untuk mengejan saya hanya membutuhkan waktu 7 menit dengan 4 kali mengejan. Katanya sih biasanya untuk mendorong bayi keluar (saat mengejan) bisa memakan waktu 20 menit sampai 1 jam. Tagawa-san mengatakan kalau itu sangat cepat untuk ukuran baru melahirkan pertama kali dan untuk kedua kali ini sepertinya saya akan membutuhkan waktu lebih cepat lagi. Awalnya Tagawa-san mengatakan kalau saya harus menelepon ke rumah sakit saat saya kontraksi setiap 10 menit, tapi setelah ditimbang2 dia berpikir kalau mungkin sebaiknya saya menelepon saat saya kontraksi setiap 15 menit, takut2 nanti waktu dari kontraksi setiap 15 menit ke 10 menit lalu ke 3 menit akan cepat dan saya keburu melahirkan di jalan. Hahahaha... Padahal kayanya kalau di Belanda mungkin bakal lebih deg2an karena kita baru diperbolehkan datang ke rumah sakit jika sudah pembukaan 6cm. :p

Tagawa-san menjelaskan apa saja yang perlu dibicarakan di telepon, apa saja yang akan ditanyakan dan apa saja yang perlu dikatakan. Tentu saja nanti pas saya telepon ke rumah sakit, kemungkinan besar (kayanya sih bukan kemungkinan besar tapi yakin... :p) saya tidak akan berbicara dengan seseorang yang bisa bahasa inggris, jadi Tagawa-san mengatakan sebisa mungkin saya bicara dalam bahasa jepang. Maka itu Tagawa-san menjelaskan kepada saya apa saja yang perlu saya katakan di telepon agar saya bisa antisipasi dan mungkin bisa mempersiapkan kalimat2nya nanti. Yah, pastinya akhirnya saya membutuhkan translate dari teman jepang saya untuk kalimat2 tersebut. Semoga pada saatnya nanti saya tidak panik dan tidak blank jadi saya bisa menggunakan kalimat2 tersebut dan saya bisa mengerti sedikit apa yang dikatakan bidan di telepon nanti. 

Selain harus berbicara di telepon dengan pihak rumah sakit, pastinya kita juga harus telepon taksi untuk pergi ke rumah sakit. Jadilah saya juga harus mempersiapkan kalimat2 jepang untuk menelepon taksi. Haduh haduh.. ini kayanya saya bakal lebih deg2an untuk hal telepon-meneleponnya dibandingkan untuk melahirkannya deh... Hahahahaha...

Tagawa-san juga menjelaskan prosedur yang akan dilakukan saat persalinan nanti. Saat persalinan nanti yang akan membantu persalinan hanya bidan, jadi dokter mungkin akan datang jika terjadi situasi yang darurat saja. Prosedur lain yang dilakukan Shounan Atsugi adalah tidak menggunakan epidural dan tidak melakukan episiotomy (pengguntingan untuk memudahkan persalinan), jadi mereka benar2 melakukan persalinan alami, sama seperti di Belanda. Oh, by the way,  persalinan normal (vaginal birth) dengan persalinan alami (natural birth) itu ternyata berbeda loh. Saya juga baru tahu dari sebuah referensi di internet. Jadi kita bisa saja melakukan persalinan normal, tapi mungkin ada yang menggunakan prosedur2 seperti penggunaan epidural atau melakukan episiotomy. Tapi kalau persalinan alami adalah persalinan normal yang dilakukan tanpa adanya intervensi atau penggunaan prosedur2 seperti penggunaan epidural atau episiotomy. Di Shounan Atsugi juga akan melakukan operasi caesar hanya jika terjadi keadaan darurat, jadi tidak seperti di Indonesia mungkin disaat2 terakhir kita bisa memilih minta di operasi caesar saja supaya lebih mudah. Jika usia kandungan sudah melebihi 41 minggu maka mereka akan melakukan prosedur perangsangan dengan induksi. 

Umumnya setelah melahirkan kita akan menginap di rumah sakit untuk 5 hari. Karena buat saya sepertinya 5 hari kelamaan dan mungkin membosankan, Tagawa-san mengatakan bisa saja saya pulang di hari ke 3 atau ke 4 jika kondisi saya dan bayi sehat tanpa masalah apapun. Tapi yang menjadi sedikit masalah adalah di hari ke 5 sang bayi akan diambil darahnya dari bagian tumit untuk di test tentang kemungkinan adanya penyakit bawaan atau keadaan kesehatan lainnya yang mungkin akan timbul saat dewasa nanti. Hal ini juga memang dilakukan di Belanda dan saya ingat memang dilakukan pada hari ke 5 juga. Tagawa-san lalu memberikan pilihan kalau saya bisa pulang di hari ke 4 dan saya bisa melakukan pengambilan darah bayi di hari ke 4, daripada misalnya saya pulang di hari ke 3 tapi lalu saya harus balik ke rumah sakit di hari ke 5 untuk pengambilan darah. Hmmm... dari sekarang jadi harus mikir deh enaknya gimana ya... @_@

Untuk beberapa prosedur pasca melahirkan seperti pengambilan darah pada tumit bayi, pemberian vitamin K untuk bayi dan pemberian obat tetes mata anti-virus untuk bayi dan bahkan untuk memandikan bayi pada hari ke 3 saja kita harus menandatangi formulir persetujuan yang sudah disediakan dalam bundelan tebal yang bersamaan dengan birth plan. Saya menceritakan kalau di Belanda biasanya bayi diberikan vitamin K tetes sejak usia 8 hari hingga 3 bulan, sedangkan di Jepang diberikan hanya 3 kali selama 2 minggu pertama kehidupan bayi. Tagawa-san agak kaget dan malah jadi berpikir "apa di Jepang perlu seperti itu juga ya?"... Hahahaha... Saya juga bilang di Belanda bayi usia 8 hari hingga 1 tahun diberikan vitamin D tetes setiap hari, tapi sayang saya tidak menemukan vitamin D tetes di Jepang. Saat Mye dibawa pulang ke Indonesia pun waktu itu kita sampai membawa beberapa botol vitamin D tetes dari Belanda. :)

Pihak rumah sakit juga memberikan sebuah tas bingkisan yang besar berisi perlengkapan pasca melahirkan, misalnya seperti pembalut wanita, tissue basah, dan barang2 personal untuk menginap di rumah sakit seperti sandal, sikat gigi, tissue, dsb, bahkan ada underwear juga. Wah ternyata sama kaya di Belanda ya kita dikasih kraampakket (paket persalinan) yang dikirimkan ke rumah dari pihak asuransi, walaupun yang di Jepang kayanya lebih lengkap. Tapi untuk pakaian sehari2 dan perlengkapan pribadi selama di rumah sakit kita tetap harus membawa dari rumah. Untuk pakaian bayi sih sudah disediakan dari rumah sakit, paling kita hanya membawa satu baju yang akan dipakai bayi untuk pulang. 

Kekhawatiran lain yang ada dipikiran saya adalah Mye. Walaupun nanti ibu saya akan ada disini untuk membantu mengurus Mye tapi kita kan tidak akan tahu apakah nanti Mye bisa anteng dengan nini-nya. Atau apakah nanti Mye mau anteng seharian dengan ayahnya. Karena memang sehari2, ya bisa dibilang hampir 24 jam Mye selalu sama saya saja. Kalau saya tinggal mungkin beberapa jam saat weekend karena saya jalan2 untuk belanja saja kadang2 Mye agak susah makan dengan ayahnya. Ya selain Mye makannya memang lama, tapi dengan tidak adanya saya bisa lebih lama lagi. Lalu kalau tidur malam juga biasanya Mye nempel sama saya, kalaupun tidak nempel kadang di tengah malam dia bisa terbangun lalu pindah tempat dekat saya. Hahaha... Kira2 kalau saya tidak ada gimana ya? @_@  Well, setidaknya Mye saat kita bincang2 dengan Tagawa-san yang memakan waktu hingga 1,5 jam, dia bisa tenang dan anteng, cuma modal dikasih kertas dan bolpen untuk corat-coret. Meskipun saat 20 menit terakhir dia mulai nempel2 di saya atau ke ayahnya karena ngantuk. Hahaha... 

Well, so far, 36 minggu saya tidak mengalami bengkak2 di daerah kaki dan jari2 tangan. Pas hamil pertama dulu kayanya hamil 5 bulan saja saya sudah lepas cincin kawin karena sudah tidak nyaman dipakai. Lalu pada usia kandungan 7 bulan saya terpaksa membeli boots baru karena boots lama saya tidak muat karena kaki suka bengkak, terutama setelah jalan2. Sepertinya melakukan olahraga 3-4 kali seminggu memang membantu tubuh kita yang sedang hamil supaya tidak mengalami bengkak2, karena dengan olahraga kan aliran darah dalam tubuh menjadi lancar. Tapi satu yang tidak bisa dihindari adalah keram kaki!! Uuugghhh.... kalau saya ngulet dikit saja, kalau tidak hati2 kaki saya bisa keram, kadang2 malah bisa keram dua-duanya. ~_~"

Oh iya, hampir lupa cerita soal hasil test GBS yang dilakukan 2 minggu lalu. Alhamdulillah saat  pemeriksaan dokter hari ini hasil test GBS saya negatif, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan saya tidak perlu disuntikkan antibiotik saat proses persalinan nanti. Yeay! :D  Setidaknya satu kekhawatiran bisa dihilangkan. Hehehe...  Mulai minggu ke 33 kita juga lebih sering di test anemia oleh bidan, sepertinya hampir setiap 2 minggu saya di test anemia. Lalu mulai minggu ke 37, setiap check up kita juga check up dalam alias check up vagina. Kayanya mereka benar2 hati2 dan teliti dalam memeriksa, atau... "terlalu" parno? :p

Tinggal menghitung hari nih!! Semangaaaattt... ^_^





1 comment:

  1. Hoho... Semangat!!!
    Btw, baju sesame streetnya jadi ngepas, ya Mung :P

    ReplyDelete